salafy wahhaby menghujat tashawwuf menjawab
Tidak ada yang
menentang ajaran tasawwuf selain orang-orang bodoh dan merugi. Mereka menentang
dan mencela ajaran tasawwuf atas dasar pandangan kejahilan dan taqlid buta
terhadap para “pendahulu” mereka yang juga mencelanya. Terlebih setelah adanya
oknum yang mengatasnamakan ajaran tasawwuf namun kosong dari ilmu fiqih, kosong
dari dasar syare’at, sehingga menciderai citra baik tasawwuf dan shufi.
Pandangan yang
adil dan bijak, akan menghantarkan pada pandangan akan kemuliaan dan keluhuran
ajaran tasawwwuf dan penganutnya. Menghantarkan akan kenikmatan ibadah dan
iman, karena tasawwuf hanyalah sebuah istilah namun konsepnya tidak ada lain
adalah ebuah konsep pengamalan dan penerapan rukun agama yang ke-tiga yaitu
Ihsan.
Berikut adalah
pendapat dan pujian para ulama salaf hingga ulama kholaf, para imam madzhab dan
para ulama pengikutnya atas ajaran Tasawwuf dan ulama shufiyyah.
Penjelasan yang
terang bagaikan siang hari dengan sinar matahari yang sempurna. Jika masih ada
yang menentang dan mencela ajaran tasawwuf secara membabi buta, maka ia ibarat
orang yang masih butuh lampu penerang di siang hari yang terang dengan sinar
matahari yang sempurna.
1.
Imam Syafi’I Rahimahullah berkata :
فقيهاً
وصوفياً فكن ليس واحدا فإنــي وحـق الله إيـاك أنصح
فذلك
قاس لم يذق قلبه تقــى وهذا جهول كيف ذو الجهل يصلح
“ Jadilah kamu seorang ahli fiqih yang bertasawwuf
jangan jadi salah satunya, sungguh dengan haq Allah aku menasehatimu.
Jika kamu menjadi ahli fiqih saja, maka
hatimu akan keras tak akan merasakan nikmatnya taqwa. Dan jka kamu menjadi yang
kedua saja, maka sungguh dia orang teramat bodoh, maka orang bodoh tak akan
menjadi baik “.
(Diwan imam Syafi’i halaman : 19)
2.
Imam Nawawi Rahimahullah berkata :
أصول طريق
التصوف خمسة: تقوى الله في السر والعلانية. اتباع السنة في الأقوال والأفعال.
الإِعراض عن الخلق في الإِقبال والإِدبار. الرضى عن الله في القليل والكثير.الرجوع
إِلى الله في السراء والضراء.
“ Pokok-pokok
metode ajaran tasawwuf ada lima : Taqwa kepada Allah di dalam sepi maupun
ramai, mengikuti sunnah di dalam ucapan dan perbuatan, berpaling dari makhluk
di dalam penghadapan maupun saat mundur, ridha kepada Allah dari pemberian-Nya
baik sedikit ataupun banyak dan selalu kembali pada Allah saat suka maupun duka
“.
(Risalah
Al-Maqoshid fit Tauhid wal Ibadah wa Ushulut Tasawwuf halaman : 20, Imam
Nawawi)
3. Al-Imam
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Atsqalani berkata :
وروى الخطيب
بسند صحيح أن الإمام أحمد سمع كلام المحاسبي فقال لبعض أصحابه ما سمعت في الحقائق
مثل كلام هذا الرجل ولا أرى لك صحبتهم . قلت – أي الإمام ابن حجر - إنما نهاه عن
صحبتهم لعلمه بقصوره عن مقامهم فإنه في مقام ضيق لا يسلكه كل واحد ويخاف على من
يسلكه أن لا يوفيه حقه. وقال الأستاذ أبو منصور البغدادي – عن الحارث المحاسبي -
في الطبقة الأولى من أصحاب الشافعي كان إماما في الفقه والتصوف والحديث والكلام
وكتبه في هذه العلوم أصول من يصنف فيها
“ Al-Khatib
meriwayatkan dengan sanad yang shahih bahwa imam Ahmad mendengar ucapan
Al-Muhasibi, maka beliau berkata pada sahabat-sahabatnya “ Aku belum pernah
mendengar ucapan tentang hakikat-hakikat seperti ucapan al-Muhasibi ini dan aku
berpendapat jangan engkau berteman dengan semisal al-Muhasibi. Aku (Ibnu Hajar)
katakana : “ Sesungguhnya imam Ahmad melarang untuk berteman dengan orang
semisal al-Muhasibi , karena beliau mengetahui pendeknya maqam (kedudukannya)
dibandingkan kedudukan mereka. Karena al-Muhasibi berada di dalam maqam dhiq
(sempit) yang tidak mampu ditapaki oleh setiap orang dan dikhawatirkan bagi
orang yang menapaki tidak bisa memenuhi haqnya. Ustadz Abul Manshur al-Baghdadi
berkata “ Dari al-Harits al-Muhasibi di dalam bab Tingkatan pertama dari
pengikut Imam Syafi’i “ Beliau al-Muhasibi adalah seorang imam di bidang ilmu
fiqih, tasawwuf, hadits dan kalam. Dan kitab beliau di dalam ilmu ini merupakan
ushul / sandaran bagi ulama yang
mengarang kitab ilmu “.
(Tahdzib
at-Tahdzib juz 2 halaman : 117, karya imam Ibnu Hajar al-Asqalani)
4. Al-Allamah
al-Hafidz Ibnu Hajar al-Haitami berkata :
إياك أن تنتقد
على السادة الصوفية : وينبغي للإنسان حيثُ أمكنه عدم الانتقاد على السادة الصوفية
نفعنا الله بمعارفهم، وأفاض علينا بواسطة مَحبتَّنا لهم ما أفاض على خواصِّهم،
ونظمنا في سلك أتباعهم، ومَنَّ علينا بسوابغ عوارفهم، أنْ يُسَلِّم لهم أحوالهم ما
وجد لهم محملاً صحيحاً يُخْرِجهم عن ارتكاب المحرم، وقد شاهدنا من بالغ في
الانتقاد عليهم، مع نوع تصعب فابتلاه الله بالانحطاط عن مرتبته وأزال عنه عوائد
لطفه وأسرار حضرته، ثم أذاقه الهوان والذلِّة وردَّه إلى أسفل سافلين وابتلاه بكل
علَّة ومحنة، فنعوذ بك اللهم من هذه القواصم المُرْهِقات والبواتر المهلكات،
ونسألك أن تنظمنا في سلكهم القوي المتين، وأن تَمنَّ علينا بما مَننتَ عليهم حتى
نكون من العارفين والأئمة المجتهدين إنك على كل شيء قدير وبالإجابة جدير.
“ Berhati-hatilah
kamu dari menentang para ulama shufi. Dan sebaiknya bagi manusia sebisa mungkin
untuk tidak menentang para ulama shufi, semoga Allah member manfaat kpeada kita
dengan ma’rifat-ma’rifat mereka dan melimpahkan apa yang Allah limpahkan kepada
orang-orang khususnya dengan perantara kecintaan kami pada mereka, menetapkan
kita pada jalan pengikut mereka dan mencurahkan kita curahan-curahan ilmu
ma’rifat mereka. Hendaknya manusia menyerahkan apa yang mereka lihat dari
keadaan para ulama shufi dengan kemungkinan-kemungkinan baik yang dapat
mengeluarkan mereka dari melakukan perbuatan haram.
Kami sungguh
telah menyaksikan orang yang sangat menentang ulama shufi, mereka para
penentang itu mendapatkan ujian dari Allah dengan pencabutan derajatnya, dan
Allah menghilangkan curahan kelembutan-Nya dan rahasia-rahasia kehadiran-Nya.
Kemudian Allah menimpakan para penentang itu dengan kehinaan dan kerendahan dan
mengembalikan mereka pada derajat terendah. Allah telah menguji mereka dengan
semua penyakit dan cobaan . Maka kami berlindung kepada-Mu ya Allah dari
hantaman-hantaman yang kami tidak sanggup menahannya dan dari tuduhan-tuduhan
yang membinasakan. Dan kami memohon agar Engkau menetapi kami jalan mereka yang
kuat, dan Engkau anugerahkan kami apa
yang telah Engkau anugerahkan pada mereka sehingga kami menjadi orang yang
mengenal Allah dan imam yang mujtahid, sesungguhnya Engkau maha Mampu atas
segala sesuatu dan maha layak untuk mengabulkan permohonan “
(Al-Fatawa
Al-Haditsiyyah : 113, karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami)
5. Al-Imam
Al-Allamah Syaikhul Islam Tajuddin As-Subuki berkata :
حَيَّاهمُ الله
وبيَّاهم وجمعنا في الجنة نحن وإِياهم. وقد تشعبت الأقوال فيهم تشعباً ناشئاً عن
الجهل بحقيقتهم لكثرة المُتلبِّسين بها، بحيث قال الشيخ أبو محمد الجويني لا يصح
الوقف عليهم لأنه لا حدَّ لهم. والصحيح صحته، وأنهم المعرضون عن الدنيا المشتغلون
في أغلب الأوقات بالعبادة.. ثم تحدث عن تعاريف التصوف إِلى أن قال: والحاصل أنهم
أهل الله وخاصته الذين ترتجى الرحمة بذكرهم، ويُستنزل الغيث بدعائهم، فرضي الله
عنهم وعنَّا بهم
“ Semoga Allah
memanjangkan hidup para penganut tasawwuf dan mengangkat derajat mereka serta
mengumpulkan kita dan mereka di surga. Sungguh telah banyak pendapat miring
tentang mereka yang bersumber dari kejahilan akan hakekat mereka disebabkan
oknum-oknum yang membuat samar ajaran tasawwuf. Oleh karenanya syaikh Abu
Muhammad Al-Juwaini berkata “ Tidak boleh berhenti dalam mendefiniskan mereka,
sebab mereka tak memiliki batasan istilah. Yang benar adalah keabsahannya dan
definisi shufiyyah adalah orang-orang yang berpaling dari dunia yang
menyibukkan diri disebagian besar waktunya dengan beribadah. Kemudian
bermunculanlah ta’rif-ta’rif baru tentang tasawwuf..(sampai ucapan beliau) :
“..Kesimpulannya ulama tasawwuf adalah keluarga dan orang-orang khusus Allah
yang diharapan turunnya rahmat dengan
menyebut nama mereka dan turunnya hujan dengan perantara doa mereka. Maka
semoga Allah meridhoi mereka dan kita semua dengan sebab mereka “.
(Mu’idun Ni’am wa
Mubidun Niqam halaman : 140, karya imam Subuki)
6. Al-Imam
Al-Allamah Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthi berkata :
اعلم وفقني
الله وإياك أن علم التصوف في نفسه علم شريف رفيع قدره سني أمره ، لم تزل أئمة
الإسلام وهداة الأنام قديماً وحديثاً يرفعون مناره وَيُجِلُّون مقداره ويعظمون
أصحابه ويعتقدون أربابه ، فإنهم أولياء الله وخاصته من خلقه بعد أنبيائه ورسله ،
غير أنه دخل فيهم قديماً وحديثاً دخيل تشبهوا بهم وليسوا منهم وتكلموا بغير علم
وتحقيق فزلوا وصلوا وأضلوا ، فمنهم من اقتصر على الاسم وتوسل بذلك إلى حطام الدنيا
، ومنهم من لم يتحقق فقال بالحلول وما شابهه فأدى ذلك إلى إساءة الظن بالجميع ،
وقد نبه المعتبرون منهم على هذا الخطب الجليل ونصوا على أن هذه الأمور السيئة من
ذلك الدخيل.
“ Ketahuilah,
semoga Allah memberikan taufiq-Nya padaku dan kamu, sesungguhnya ilmu tasawwuf
itu sendiri adalah ilmu yang mulia, tinggi derajatnya dan luhur urusannya. Para
imam Islam dan para ulama penunjuk manusia
sejak dulu hingga sekarang selalu mengangkat lambangnya, meninggikan
martabatnya dan mengangungkan para pemeluknya dan meyakini kemulian ahlinya.
Karena mereka adalah para wali Allah Swt dan orang-orang khusus-Nya dari makhluk-Nya
setelah para nabi dan rasul-Nya, akan tetapi masuklah sesuatu yang asing sejak
dulu hingga sekarang yang menyerupai penganut tasawwuf padahal sama sekali mereka bukanlah dari ahli
tasawwuf. Mereka berbicara tanpa ilmu dan mengerti hakikat, sehingga mereka tergelincir,
sesat dan menyesatkan. Di antara mereka ada yang mencukupkan saja dengan nama
dan menjadikan perantara untuk mengambil keuntungan dunia. Di antara mereka ada
yang belum mencapai hakikat sehingga mereka berucap dengan hulul dan
semisalnya, sehingga itu semua membuat munculnya buruk sangka terhadap semua
ajaran tasawwuf. Sungguh para pengambil pelajaran dari mereka telah member
peringatan atas nasehat mulia ini dan menetapkan bahwa semua perkara buruk ini
muncul dari sesuatu yang asing (di luar tasawwuf) tersebut “.
(Ta’yidul Haqiqah
al-‘Aliyyah Wa Tasyiduth Thariqah asy-Syadziliyyah halaman : 7, karya imam
as-Suyuthi)
7. Al-Imam
Al-Allamah Al-Mufassir Fakhruddin Ar-Razi berkata :
الباب الثامن
في أحوال الصوفية:اعلم أن أكثر مَنْ حَصَرَ فرق الأمة، لم يذكر الصوفية وذلك خطأ،
لأن حاصل قول الصوفية أن الطريق إِلى معرفة الله تعالى هو التصفية والتجرد من
العلائق البدنية، وهذا طريق حسن.. وقال أيضاً: والمتصوفة قوم يشتغلون بالفكر وتجرد
النفس عن العلائق الجسمانية، ويجتهدون ألاَّ يخلو سرَّهم وبالَهم عن ذكر الله تعالى
في سائر تصرفاتهم وأعمالهم، منطبعون على كمال الأدب مع الله عز وجل، وهؤلاء هم خير
فرق الآدميين
“ Bab kedelapan :
Tentang keadaan-keadaan ahli tasawwuf. Ketahuilah, sesungguhnya kebanyakan
orang yang menghitung pembagian golongan umat tidak menyebut golongan ahli
tasawwuf dan hal itu salah, karena keseluruhan ucapan ahli tasawwuf adalah
sesungguhnya jalan menuju pengenalan kepada Allah Ta’ala adalah Tashfiyyah
(penyucian) dan membersihkan diri dari ketergantungan badan, dan jalan ini
merupakan jalan yang baik. Beliau juga berkata “ Kaum shufi adalah orang-orang
yang menyibukkan diri dengan tafakkur dan membersihkan jiwa dari ketergantungan
jasmaniyah, berusaha keras agar hati mereka tidak kosong dari mengingat Allah
Ta’ala di dalam gerak-gerik mereka, selalu berpegang dengan kesempurnaan adab
bersama Allah, dan merekalah paling baiknya golongan anak manusia “.
(I’tiqadaat
firaqil Muslimin wal musyrikin halaman : 72-73, Karya imam Fakhruddin Ar-Razi)
8. Al-Imam
Al-Allamah Al-Hafidz Abdu Rauf al-Manawi berkata :
وإني كنت قبل
أن يكتب الشباب خط العذار , أردد ناظري في أخبار الأولياء الأخيار , وأتتبع مواقع
إشارات حكم الصوفية الأبرار , وأترقب أحوالهم وأسبر أقوالهم ... حتى حصلت من ذلك
على فوائد عاليات , وحكم شامخات ساميات فألهمت أن أقيد ما وقفت عليه في ورقات ,
وأن أجعله في ضمن التراجم , كما فعله بعض الأعاظم الأثبات , فأنزلت الصوفية في
طبقات , وضربت لهم في هذا المجموع سرادقات , ورتبتهم على حروف المعجم عشر طبقات ,
كل مائة سنة طبقة , وجمعتهم كواكب كلها معالم للهدي , ومصابيح للدجى , ورجوم
للمسترقة
“ Sesungguhnya
aku sebelum seorang pemuda dicatat akan catatan alasannya, ingin mencermati
kisah-kisah para wali Allah yang terpilih, aku telusuri isyarat-isyarat hokum
ahli shufi yang baik dan aku selidiki keadaan-keadaan mereka dan aku kuak
ucapan-ucapan mereka hingga aku mendapatkan beberapa faedah yang tinggi sebab
itu dan hikmah-hikmah berbobot nan luhur. Lalu aku mendapatkan ilham agar
mencatat apa yang aku dalami itu pada sebuah buku, dan agar aku buat isi
biografi perjalanan mereka sebagaimana telah dilakukan sebagian besar ulama.
Maka aku posisikan ulama shufi dalam beberapa tingkatan dan ku beberkan
beberapa tenda dalam kumpulan ini. Aku tertibkan nama mereka menjadi sepuluh
tingkatan. Setiap seratus tahun satu tingkatan dan aku kumpulkan
bintang-bintang seluruhnya bagaikan petunjuk bagi kebenaran dan penerang bagi
kegelapan serta panah api bagi si pencuri “.
(Al-Kawaiku
Ad-Durriyyah fii Tarajimi ash-Shufiyyah halaman : 3-4, karya imam Abdur Raouf
al-Manawi)
9. Al-Imam
Al-Kabir Abdul Qahir Al-Baghdadi berkata :
الفصل الأول من
فصول هذا الباب في بيان أصناف أهل السنة والجماعة. اعلموا أسعدكم الله أن أهل
السنة والجماعة ثمانية أصناف من الناس... والصنف السادس منهم: الزهاد الصوفية
الذين أبصروا فأقصروا، واختَبروا فاعتبروا، ورضوا بالمقدور وقنعوا بالميسور،
وعلموا أن السمع والبصر والفؤاد كل أُولئك مسؤول عن الخير والشر، ومحاسب على
مثاقيل الذر، فأعدُّوا خير الإِعداد ليوم المعاد، وجرى كلامهم في طريقَيْ العبارة
والإِشارة على سَمْتِ أهل الحديث دون من يشتري لهو الحديث، لا يعملون الخير رياء،
ولا يتركونه حياء، دينُهم التوحيد ونفي التشبيه، ومذهبهم التفويضُ إِلى الله
تعالى، والتوكلُ عليه والتسليمُ لأمره، والقناعةُ بما رزقوا، والإِعراضُ عن
الاعتراض عليه. {ذلكَ فضلُ اللهِ يؤتِيهِ مَنْ يشاءُ واللهُ ذو الفضلِ العظيمِ
“ Fasal pertama
dari fasal-fasal bab ini, tentang penjelasan kelompok-kelompok Ahlus sunnah
waljama’ah. Ketahuilah, semoga Allah membuat kalian bahagia, sesungguhnya Ahlus
sunnah waljama’ah ada delapan kelompok manusia..(hingga ucapan beliau)..” Kelompok
ke enam di anatara mereka adalah orang-orang yang zuhud dan ahlis shufi yang
mereka memandang dengan mata hati hingga mereka bisa berlaku sederhana, mereka mendapat ujian dan
mereka mengambil pelajarannya. Mereka ridha dengan ketentuan dan legowo dengan
hal yang ringan. Mereka ahli shufi mengetahui bahwa pendengaran, penglihatan
dan hati semuanya akan dimintai pertangung jawabannya dari kebaikan atau
keburukan dan akan dihisab walau seberat biji atom pun. Maka mereke
mempersiapkan diri dengan sebaik-baik bekal untuk hari kembali kelak dan ucapan
mereka berjalan di dalam dua jalan ibarat dan isyarat berdasarkan karakter ahli
hadits bukan orang yang menjual permainan hadits. Mereka beramal kebaikan tidak
dengan pamer dan tidak meninggalkan kebaikan karena malu. Agama mereka Tauhid
dan meniadakan Tasybih (penyerupaan) dan mazdhab mereka Tafwidh (menyerahkan
makna) kepada Allah Swt, tawakkal dan penyerahan diri kepada perintah Allah.
Qonaah terhadap rezeki yang mereka dapat dan berpaling dari mengeluh atas-Nya.
Itulah keutamaan Allah yang Allah berikan pada orang yang dikehendaki-Nya dan
Allah maha memiliki keutamaan yang agung “.
(Al-Farq bainal
Firaq halaman : 236)
10.
Al-Imam Hujjatul Islam Al-Ghozali berkata :
ولقد علمت
يقيناً أن الصوفية هم السالكون لطريق الله تعالى خاصة وأن سيرتهم أحسن السيرة،
وطريقتهم أصوب الطرق، وأخلاقهم أزكى الأخلاق.. ثم يقول رداً على من أنكر على
الصوفية وتهجَّم عليهم: وبالجملة فماذا يقول القائلون في طريقةٍ طهارتُها - وهي
أول شروطها - تطهيرُ القلب بالكلية عما سوى الله تعالى، ومفتاحها الجاري منها مجرى
التحريم من الصلاة استغراقُ القلب بالكلية بذكر الله، وآخرها الفناء بالكلية في
الله
“ Sungguh aku
telah mengetahui secara yakin bahwa ahli tasawwuf mereka adalah orang yang
menapaki jalan Allah Ta’ala secara khusus, sejarah hidup mereka sebaik-sebaik
sejarah. Jalan mereka paling benarnya jalan. Akhlak mereka sesuci-sucinya
akhlak. (kemudian beliau berkata sebagai jawaban pada orang yang mengingkari
ahli tasawwuf) : “ Kesimpulannya, apa yang akan dikatakan para penentang mereka
di dalam metode pembersihan ajaran tasawwuf ? sedangkan itu merupakan syarat
pertama yaitu membersihkan hati secara keseluruhan dari selain Allah Ta’ala dan
kuncinya yang berlaku darinya seperti berlakunya takbiratul ihram saat sholat
yaitu tenggelamnya hati secara keseluruhan dengan mengingat Allah dan akhirnya
adalah fana secara keseluruhan di dalam Allah Swt “.
(Al-Munqidz
minadh Dholal : 17, karya imam Ghozali)
11. Al-Imam Al-Hafidz Abu Nu’aim Al-Ashfihani
berkata :
أما بعد أحسن
الله توفيقك فقد استعنت بالله عز وجل وأجبتك الى ما ابتغيت من جمع كتاب يتضمن
أسامي جماعة وبعض أحاديثهم وكلامهم من أعلام المتحققين من المتصوفة وأئمتهم وترتيب
طبقاتهم من النساك من قرن الصحابة والتابعين وتابعيهم ومن بعدهم ممن عرف الأدلة
والحقائق وباشر الأحوال والطرائق وساكن الرياض والحدائق وفارق العوارض والعلائق
وتبرأ من المتنطعين والمتعمقين ومن أهل الدعاوى من المتسوفين ومن الكسالى
والمتثبطين المتشبهين بهم في اللباس والمقال والمخالفين لهم في العقيدة والفعال
وذلك لما بلغك من بسط لساننا ولسان أهل الفقه والآثار في كل القطر والأمصار في
المنتسبين إليهم من الفسقة الفجار والمباحية والحلولية الكفار وليس ما حل بالكذبة
من الوقيعة والإنكار بقادح في منقبة البررة الأخيار وواضع من درجة الصفوة الأبرار
بل في إظهار البراءة من الكذابين , والنكير على الخونة الباطلين نزاهة للصادقين
ورفعة للمتحققين ولو لم نكشف عن مخازي المبطلين ومساويهم ديانة , للزمنا إبانتها
وإشاعتها حمية وصيانة , إذ لأسلافنا في التصوف العلم المنشور والصيت والذكر
المشهور
“ Selanjutnya,
semoga Allah memperbagus taufiqmu, maka sungguh aku telah memohon pertolongan
kepada Allah Ta’ala dan menjawabmu atas apa yang engkau mau dari pengumpulan
kitab yang mengandung nama-nama kelompok dan sebagian hadits dan ucapan mereka
dari ulama hakikat dari orang-orang ahli tasawwuf, para imam dari mereka,
penertiban tingkatan mereka dari orang-orang ahli ibadah sejak zaman sahabat,
tabi’in dan tabi’it tabi’in dan setelahnya dari orang yang memahami dalil dan
hakikat. Menjalankan hal ihwal serta thariqah, bertempat di taman (ketenangan)
dan meninggalkan ketergantungan. Berlepas dari orang-orang yang berlebihan dan
orang-orang yang mengaku-ngaku, orang-orang yang berandai-andai dan dari
orang-orang yang malas yang menyerupai mereka di dalam pakaian dan ucapan dan
bertentangan pada mereka di dalam aqidah dan perbuatan. Demikian itu ketika
sampai padamu dari pemaparan lisan kami dan lisan ulama fiqih dan hadits di
setiap daerah dan masa tentang orang-orang yang menisabatkan diri pada mereka
adalah orang-orang fasiq, fajir, suka mudah berkata mubah dan halal lagi kufur.
Bukanlah menghalalkan dengan kedustaan, umpatan dan pengingkaran dengan celaan
di dalam manaqib orang-orang baik pilihan dan perendahan dari derajat
orang-orang suci lagi baik, akan tetapi di dalam menampakkan pelepasan diri
dari orang-orang pendusta dan pengingkaran atas orang-orang pengkhianat, bathil
sebagai penyucian bagi orang-orang jujur dan keluhuran bagi orang-orang ahli
hakikat. Seandainya kami tidak menyingkap kehinaan dan keburukan orang-orang
yang mengingkari tasawwuf itu sebagai bagian dari agama, maka kami pasti akan
menjelaskan dan mengupasnya sebagai penjagaan, karena salaf kami di dalam ilmu
tasawwuf memiliki ilmu yang sudah tersebar dan nama yang masyhur “.
(Muqoddimah
Hilyah Al-Awliya, karya imam Al-Ashfihani)
12. Al-Imam
Al-Kabir Al-Mufassir An-Nadzdzar Abi Al- muzdhaffar Al-Isfirayaini
berkata :
في الباب
الخامس عشر : في بيان اعتقاد أهل السنة والجماعة وبيان مفاخرهم ومحاسن أحوالهم
وسادسها : علم التصوف والإشارات , وما لهم فيها من الدقائق والحقائق , لم يكن قط
لأحد من أهل البدعة فيه حظ بل كانوا محرومين مما فيه من الراحة والحلاوة ,
والسكينة والطمأنينة وقد ذكر أبو عبد الرحمن السلمي من مشايخهم قريبا من ألف ،
وجمع إشاراتهم وأحاديثهم ولم يوجد في جملتهم قط من ينسب إلى شيء من بدع القدرية
والروافض ، والخوارج ، وكيف يتصور فيهم من هؤلاء وكلامهم يدور على التسليم ،
والتفويض والتبري من النفس ، والتوحيد بالخلق والمشيئة ، وأهل البدع ينسبون الفعل
، والمشيئة ، والخلق ، والتقدير إلى أنفسهم ، وذلك بمعزل عما عليه أهل الحقائق من
التسليم والتوحيد
Di bab ke-15 :
Tentang penjelasan aqidah Ahlus sunnah waljama’ah dan penjelasan kebanggaan
serta kebaikan hal ihwal mereka. Fasal yang ke- 6 adalah : Ilmu Tasawwuf dan
isyarat dan apa yang mereka miliki dari ilmu-ilmu yang lembut dan ilmu hakikat.
Yang tidak akan mendapat bagian sedikitpun dari ilmu ini orang-orang ahli
bid’ah bahkan mereka terhalang mendapatkan apa yang ada pada ulama tasawwuf
dari ketenangan, manisnya ibadah, sakinah dan tuma’ninah. Abu Abdirrahman
As-Salmi telah menyebutkan guru-guru mereka hampir mendekati seribu,
mengumpulkan isyarat dan hadits mereka namun tak ditemukan satu pun dari mereka
orang-orang ahli bid’ah seperti qodariyyah, rowafidh dan khowarij. Bagaimana
bisa tergambar pada mereka padahal ucapan ahli tasawwuf berputar pada taslim,
tawakkal dan berlepas dari diri. Dan bertauhid
dengan akhlak dan keinginan. Sedangkan ahlul bid’ah menisbatkan
perbuatan dan keinginan, akhlak dan pennetuan pada diri mereka. Hal ini
bertentangan dengan ahli hakikat dari sifat taslim dan tauhid “.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !